Chief Marketing Officers (CMOs) didorong untuk mempertimbangkan kembali ketergantungan mereka pada konten yang dihasilkan AI, terutama saat diterapkan dalam strategi optimisasi mesin pencari (SEO). Diskusi terbaru di kalangan pemasaran dan SEO menyoroti kekhawatiran tentang risiko yang terkait dengan ketergantungan berlebihan pada kecerdasan buatan untuk membuat konten. Meskipun alat AI memberikan efisiensi dan memungkinkan produksi cepat dalam jumlah besar, pemasar harus menimbang kelemahan-kelemahan yang signifikan. Salah satu masalah utama dari penggunaan AI secara berlebihan adalah potensi penurunan kualitas. Meski ada kemajuan, AI sering gagal meniru secara penuh nuansa halus dari suara, nada, dan nilai sebuah merek yang secara alami diungkapkan oleh penulis manusia. Hal ini dapat menghasilkan materi yang generik atau berulang-ulang yang kurang menarik dan bermakna bagi pembaca, sehingga melemahkan pengalaman pengguna secara keseluruhan di sebuah situs web. Aspek keaslian juga muncul sebagai kekhawatiran penting. Audiens semakin tajam dalam penilaian dan sering dapat membedakan antara konten yang benar-benar dipikirkan dan materi yang terasa otomatis atau tidak tulus. Ketika konten merek terkesan tidak otentik, hal ini berisiko merusak kepercayaan dan citra perusahaan—sebuah masalah yang sangat serius mengingat kepercayaan dan kredibilitas sangat penting untuk membangun hubungan pelanggan yang langgeng. Dari perspektif SEO, mesin pencari seperti Google telah menyempurnakan algoritmanya untuk lebih mampu mengidentifikasi dan memberi penalti terhadap konten berkualitas rendah atau seperti spam, termasuk konten yang dihasilkan AI tanpa pengawasan manusia.
Situs web yang terlalu bergantung pada konten semacam itu berisiko mengalami penurunan peringkat pencarian, yang berdampak negatif pada visibilitas dan trafik organik. Para ahli menyarankan bahwa alih-alih menyerahkan sepenuhnya pembuatan konten kepada AI, CMOs dan tim mereka sebaiknya mengadopsi strategi yang seimbang. AI dapat menjadi alat yang membantu dalam menghasilkan ide, menyusun versi awal, atau mengelola tugas-tugas yang berulang, tetapi masukan manusia sangat penting. Pembuat konten yang terampil harus meninjau, mengedit, dan menyempurnakan output AI untuk memastikan konten tersebut sesuai dengan pesan merek, memenuhi standar kualitas, dan resonan secara otentik dengan audiens yang dituju. Selain itu, merek harus berinvestasi dalam melatih tenaga pemasaran agar dapat mengintegrasikan alat AI secara efektif tanpa mengorbankan kreativitas atau orisinalitas. Menetapkan pedoman yang jelas dalam penggunaan AI dan menerapkan proses pengendalian kualitas yang ketat dapat membantu menjaga konsistensi dan integritas dari semua konten yang diproduksi. Dalam lingkungan digital yang berkembang pesat saat ini, para pemasar perlu tetap gesit dan mendapatkan informasi tentang praktik terbaik dalam produksi konten. Meskipun AI menawarkan kemampuan yang menjanjikan, alat ini tidak dapat menggantikan unsur manusia yang membuat komunikasi merek menjadi bermakna dan berdampak. Oleh karena itu, CMOs didesak untuk memimpin dengan pendekatan strategis yang bijaksana dalam menggabungkan AI, sehingga inisiatif SEO mendorong pertumbuhan merek yang berkelanjutan dan bukan sebaliknya merusak reputasi. Sebagai kesimpulan, percakapan saat ini menekankan pentingnya penggunaan AI secara hati-hati dan seimbang dalam pembuatan konten marketing. Menekankan kualitas, keaslian, dan keahlian manusia akan membantu merek meraih keberhasilan jangka panjang baik dalam peringkat mesin pencari maupun dalam membangun hubungan berdasarkan kepercayaan dengan pelanggan mereka.
Mengapa CMO Harus Mempertimbangkan Ulang Ketergantungan pada Konten yang Dihasilkan AI untuk Keberhasilan SEO
Pada Juni 2024, Kuaishou, platform video pendek terkemuka asal China, meluncurkan Kling AI, sebuah model kecerdasan buatan canggih yang dapat menghasilkan video berkualitas tinggi langsung dari deskripsi bahasa alami—sebuah terobosan besar dalam pembuatan konten multimedia berbasis AI.
Veeam Software telah setuju untuk mengakuisisi perusahaan manajemen privasi data, Securiti AI, dengan nilai sekitar $1,73 miliar, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan privasi data dan tata kelola datanya.
Kecerdasan buatan (AI) tengah secara mendalam mengubah bidang optimisasi mesin pencari (SEO), memperkenalkan tantangan baru sekaligus peluang berbeda bagi pemasar digital.
Klarna, sebuah perusahaan fintech terkemuka, membalik strategi tenaga kerjanya baru-baru ini dengan mempekerjakan kembali tenaga pemasaran manusia dan perwakilan layanan pelanggan setelah selama dua tahun terakhir bergantung sepenuhnya pada kecerdasan buatan (AI) untuk peran-peran tersebut.
Laporan Allego tentang AI dalam Peningkatan Pendapatan 2025 menyoroti kenaikan luar biasa dalam adopsi kecerdasan buatan generatif (AI) di kalangan tim pendapatan dari berbagai industri.
Tinuiti, agensi pemasaran independen terbesar di AS yang menyediakan layanan penuh-funnel, mengumumkan peluncuran penawaran AI SEO yang diperluas, mencerminkan perkembangan alami pencarian dan penemuan berbasis AI.
Industri permainan video sedang mengalami perubahan besar saat para pengembang semakin banyak mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) ke dalam pembuatan dunia permainan dan perilaku karakter.
Automate Marketing, Sales, SMM & SEO
and get clients on autopilot — from social media and search engines. No ads needed
and get clients today