Sembilan tahun lalu, saya mendapatkan akses ke Laboratorium Kecerdasan Buatan Stanford yang biasanya terbatas, tertarik pada potensi AI untuk merevolusi segalanya. Saya menghadiri sebuah pertemuan di mana para peneliti AI dan kapitalis ventura membahas bagaimana cara “menggantikan semua penulis. ” Saya mendokumentasikan momen penting ini, bermaksud untuk mengawetkannya bagi mereka yang mungkin akan terpinggirkan di masa depan. Tulisan tersebut tetap tidak dipublikasikan hingga baru-baru ini, ketika saya meninjaunya kembali dan mencatat bagaimana diskusi-diskusi tersebut meramalkan lanskap teknologi kita saat ini. Di bawah ini adalah laporan tersebut, yang menawarkan wawasan dari waktu ketika masa depan masih dalam tahap pemikiran. Selama kunjungan saya ke lab, yang terletak di dalam Gedung Ilmu Komputer Gates yang tidak mencolok di Stanford, saya menemukan suasananya suram dan biasa saja, meskipun memiliki signifikansi sejarah dalam kemajuan teknologi seperti Google. Diskusi berkisar dari visi masa depan yang tanpa usaha dan meningkatkan keabadian yang didorong oleh AI hingga peringatan keras tentang ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh teknologi yang sama. Elon Musk menyebut AI sebagai "ancaman eksistensial terbesar" bagi umat manusia, sementara yang lain khawatir tentang meningkatnya pengangguran dan ketidaksetaraan sosial akibat inovasi AI. Pertemuan malam eClub lab, yang menggabungkan peneliti AI dengan kapitalis ventura dari Silicon Valley, berfokus pada jurnalisme dan potensi AI untuk mengganggu penulisan.
Dua puluh siswa, sebagian besar pria dan berpakaian santai, berkumpul saat para kapitalis ventura membahas bagaimana AI bisa menggantikan penulis tradisional. Para pemimpin diskusi, termasuk kapitalis ventura Marty dan Ashish, terutama berfokus pada potensi berbasis pasar untuk AI dalam menciptakan konten berita, sering kali mengabaikan implikasi bagi penulis dan integritas jurnalistik. Sementara beberapa peserta seperti Manoush percaya pada kemampuan AI untuk meningkatkan produktivitas, yang lain, termasuk humanis Eropa seperti Elek, mengangkat kekhawatiran yang valid tentang hilangnya pekerjaan yang bermakna dan kualitas jurnalisme. Para techies berdebat apakah jurnalisme bisa beralih ke model di mana freelancer akan menggantikan jurnalis tradisional, mengumpulkan konten melalui agregasi AI. Diskusi cenderung pada anggapan bahwa teknologi akan menentukan masa depan, menyingkirkan kebutuhan untuk mempertimbangkan implikasi moral, demokrasi, atau kebutuhan masyarakat yang sebenarnya di tengah evolusi teknologi ini. Pertemuan malam itu mengilustrasikan tren yang mengkhawatirkan: sekelompok individu cerdas mendiskusikan masa depan kerja dan masyarakat tanpa merefleksikan tanggung jawab sosial yang mendalam yang menyertai inovasi mereka. Dengan menganggap peminggiran penulis sebagai hasil yang tak terhindarkan, mereka menyingkirkan percakapan yang lebih luas dan esensial tentang masa depan yang secara kolektif mereka bentuk. Cuplikan lab ini menangkap sebuah era ketika janji algoritmik teknologi menutupi biaya kemanusiaan, melukiskan gambaran masa depan yang ditentukan oleh mereka yang berada di pucuk kepemimpinan, sementara dimensi manusia memudar ke latar belakang. Ketika pertemuan berakhir, para peserta tidak menyadari bagaimana keputusan kolektif mereka membentuk bukan hanya masa depan mereka sendiri, tetapi masa depan dari banyak orang lainnya.
Refleksi tentang Laboratorium AI Stanford: Masa Depan Menulis dan Masyarakat
Bloomberg Micron Technology Inc, produsen chip memori terbesar di AS, telah mengeluarkan prediksi optimis untuk kuartal saat ini, menunjukkan bahwa meningkatnya permintaan dan kekurangan pasokan memungkinkan perusahaan untuk mengenakan harga yang lebih tinggi untuk produk mereka
Kepercayaan terhadap kecerdasan buatan generatif (AI) di kalangan profesional periklanan terkemuka mencapai level yang belum pernah terjadi sebelumnya, menurut studi terbaru dari Boston Consulting Group (BCG).
DeepMind milik Google baru-baru ini memperkenalkan AlphaCode, sebuah sistem kecerdasan buatan inovatif yang dirancang untuk menulis kode komputer dengan tingkat yang sebanding dengan programmer manusia.
Seiring lanskap digital yang berkembang pesat, mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) ke dalam strategi optimisasi mesin pencari (SEO) menjadi hal yang sangat penting untuk keberhasilan daring.
Kemunculan kecerdasan buatan (AI) dalam industri fashion telah memicu perdebatan sengit di antara kritik, pembuat karya, dan konsumen.
Dalam dunia yang serba cepat saat ini, di mana penonton sering merasa kesulitan untuk meluangkan waktu membaca berita yang panjang, jurnalis semakin mengadopsi teknologi inovatif guna mengatasi masalah ini.
Teknologi kecerdasan buatan sedang merevolusi pembuatan konten video, terutama melalui munculnya alat pengeditan video berbasis AI.
Launch your AI-powered team to automate Marketing, Sales & Growth
and get clients on autopilot — from social media and search engines. No ads needed
Begin getting your first leads today