Seiring berkembangnya industri AI, perusahaan-perusahaan membuat keputusan signifikan terkait penggunaan AI dalam aplikasi militer, seperti mengarahkan senjata atau membuat pilihan penargetan. OpenAI, pencipta ChatGPT, pada awalnya menentang penggunaan AI untuk peperangan tetapi baru-baru ini melunakkan sikapnya. Pada hari Rabu, perusahaan teknologi pertahanan Anduril Industries mengumumkan kerja samanya dengan OpenAI untuk menciptakan model AI bagi pasukan AS dan sekutu untuk mengidentifikasi dan mempertahankan diri dari ancaman udara. Usaha patungan ini bertujuan menggunakan AI untuk memproses data secara efisien, mengurangi beban kerja manusia dan meningkatkan kesadaran situasional. Kemitraan ini muncul ketika sistem AI menjadi sangat penting dalam peperangan modern, terlihat terutama di Ukraina. Mereka akan mengembangkan pertahanan melawan drone tak berawak dan pesawat berawak, meningkatkan sistem anti-pesawat tak berawak (CUAS). Anduril memproduksi produk yang mampu menghasilkan kekuatan mematikan, seperti drone pembunuh bertenaga AI dan motor roket rudal, yang masih memerlukan intervensi manusia untuk tindakan mematikan.

Model OpenAI ditujukan untuk membantu operator dalam analisis data, memfasilitasi pengambilan keputusan lebih cepat dalam situasi kritis. Pentagon semakin tertarik pada sistem AI, seperti program Replicator, yang bertujuan menempatkan ribuan sistem otonom dalam dua tahun ke depan. Anduril mendukung visi ini dengan membantu pengembangan drone swarm. Bagi OpenAI, bekerja sama dengan pemasok senjata mewakili perubahan etika dari sikap awalnya yang menentang aplikasi militer, meskipun mereka terus menggambarkan diri sebagai entitas fokus penelitian yang bertujuan untuk memastikan manfaat AI bagi kemanusiaan. OpenAI menggambarkan kemitraan ini sebagai peningkatan pertahanan nasional, dengan CEO Sam Altman menyatakan akan melindungi personel militer AS dan membantu komunitas keamanan nasional dalam memanfaatkan AI secara bertanggung jawab. OpenAI baru-baru ini menunjuk mantan kepala NSA Paul Nakasone ke Dewan mereka, menandakan potensi pertumbuhan dalam pekerjaan terkait pertahanan. Perusahaan AI lainnya, seperti Anthropic dan Meta, juga memasuki sektor pertahanan, yang menunjukkan perubahan dari sentimen industri teknologi tahun 2018 ketika karyawan Google memprotes kontrak militer. Namun, penggunaan model bahasa besar (LLM) OpenAI dalam konteks militer menimbulkan kekhawatiran mengenai keandalan dan keselamatan. LLM, yang dilatih pada dataset yang beragam, dapat menghasilkan informasi keliru dan rentan terhadap manipulasi, yang dapat menimbulkan risiko dalam penggunaan militer. Terlepas dari kekhawatiran ini, pengumuman Anduril menekankan pengawasan, kepercayaan, dan akuntabilitas dalam mengembangkan AI untuk keamanan nasional. Seiring evolusi AI, skenario hipotetis seperti manipulasi sistem penargetan berbasis LLM dapat mengubah sifat peperangan, tetapi hasilnya masih harus dilihat.